Publiko ne Indonesia - Aktivitete Sociale edhe Defrime - 20 Dec 2016 05:34 - 1
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya.”
Sebuah jargon yang warbyasah di ucapkan oleh presiden pertama
kebanggaan kita, ir. Soekarno. Atas dasar inilah mungkin diterbitkannya uang-uang rupiah yang beredar di Indonesia selalu mencantumkan wajah-wajah hebat mereka. Tidak salah sih memang, karena uang adalah alat atau benda sehari-hari yang kita pegang atau bawa, tujuannya adalah agar kita tidak pernah lupa dan selalu teringat akan jasa mereka.
Berbicara mengenai tokoh atau pahlawan yang saat ini baru saja terlihat dalam uang rupiah, ada beberapa yang sepera asing kita dengar, yah mungkin saat kita masih sekolah dasar masih dengan mudah mengenalinya. Bersama ISKRIM kali ini akan membahas sedikit profil mereka, siapa saja, nggak semua ane tampilin disini, hanya yang menurut ane saja yang sepera sudah asing didengar. Dan sekali lagi, mungkin tujuan BI (Bank Indonesia) menghadirkan wajah-wajah mereka dalam uang Indonesia adalah agar kita tak mudah melupakan jasa-jasa mereka. Nyuuk man-temans, gan and sista...
Check in Show
1. Ir. H. Djuanda Kartawidjaja
Ir. H. Djuanda Kartawidjaja
9 April 1957 – 9 Juli 1959
Ir. Raden Haji Djoeanda Kartawidjaja atau lebih dikenal dengan nama Djuanda Kartawidjaja,
terdapat di lembaran uang kertas Rp. 50.000 (Lima Puluh Ribu Rupiah). Sumbangannya yang terbesar dalam masa jabatannya adalah Deklarasi Djuanda tahun 1957 yang menyatakan bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI atau dikenal dengan sebutan sebagai negara kepulauan dalam konvensi hukum laut United Nations Convention on Law of the Sea (UNCLOS). Beliau juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia yang ke-10.
Namanya diabadikan sebagai nama lapangan terbang di Surabaya, Jawa Timur yaitu Bandara Djuanda atas jasanya dalam memperjuangkan pembangunan lapangan terbang tersebut sehingga dapat terlaksana. Selain itu juga diabadikan untuk nama hutan raya di Bandung yaitu Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, dalam taman ini terdapat Museum dan Monumen Ir. H. Djuanda.
2. Dr. G.S.S.J. Ratulangi
Dr. G.S.S.J. Ratulangi
2 September 1945 – 30 Juni 1949
Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi atau lebih dikenal dengan nama Sam Ratulangi,
terdapat di lembaran uang kertas Rp. 20.000 (Dua Puluh Ribu Rupiah). Beliau adalah seorang aktivis kemerdekaan Indonesia dari Sulawesi Utara, Indonesia. Ia adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Sam Ratulangi juga sering disebut-sebut sebagai tokoh multidimensional. Ia dikenal dengan filsafatnya: "Si tou timou tumou tou" yang ara: manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia.
Sam Ratulangi juga merupakan Gubernur Sulawesi yang pertama. Ia meninggal di Jakarta dalam kedudukan sebagai tawanan musuh pada tanggal 30 Juni 1949 dan dimakamkan di Tondano. Namanya diabadikan dalam nama bandar udara di Manado yaitu Bandara Sam Ratulangi dan Universitas Negeri di Sulawesi Utara yaitu Universitas Sam Ratulangi.
3. Frans Kaisiepo
Frans Kaisiepo
10 Oktober 1921 - 10 April 1979
Adalah pahlawan nasional Indonesia dari Papua.
Terdapat di lembaran uang kertas Rp. 10.000 (Sepuluh Ribu Rupiah). Frans terlibat dalam Konferensi Malino tahun 1946 yang membicarakan mengenai pembentukan Republik Indonesia Serikat sebagai wakil dari Papua. Ia mengusulkan nama Irian, kata dalam bahasa Biak yang berarti beruap. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Gubernur Papua antara tahun 1964-1973. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih, Jayapura. Untuk mengenang jasanya, namanya diabadikan sebagai nama Bandar Udara Frans Kaisiepo di Biak.
4. Dr. K.H. Idham Chalid
Dr. K.H. Idham Chalid
28 Oktober 1971 – 1 Oktober 1977
Terdapat di lembaran uang kertas Rp. 5000 (Lima Ribu Rupiah). Beliau adalah salah satu politisi Indonesia yang berpengaruh pada masanya. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II dan Kabinet Djuanda. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua MPR dan Ketua DPR. Selain sebagai politikus ia aktif dalam kegiatan keagamaan dan ia pernah menjabat Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama pada tahun 1956-1984.
5. Cut Nyak Meutia
Cut Nyak Meutia
1870 - 24 Oktober 1910
Terdapat di lembaran uang kertas Rp. 1000 (Seribu Rupiah). Beliau adalah pahlawan nasional Indonesia dari daerah Aceh. Awalnya Tjoet Meutia melakukan perlawanan terhadap Belanda bersama suaminya Teuku Muhammad atau Teuku Tjik Tunong. Namun pada bulan Maret 1905, Tjik Tunong berhasil ditangkap Belanda dan dihukum mati di tepi pantai Lhokseumawe. Sebelum meninggal, Teuku Tjik Tunong berpesan kepada sahabatnya Pang Nagroe agar mau menikahi istrinya dan merawat anaknya Teuku Raja Sabi.
Tjoet Meutia kemudian menikah dengan Pang Nagroe sesuai wasiat suaminya dan bergabung dengan pasukan lainnya dibawah pimpinan Teuku Muda Gantoe. Pada suatu pertempuran dengan Korps Marechausée di Paya Cicem, Tjoet Meutia dan para wanita melarikan diri ke dalam hutan. Pang Nagroe sendiri terus melakukan perlawanan hingga akhirnya tewas pada tanggal 26 September 1910.
Tjoet Meutia kemudian bangkit dan terus melakukan perlawanan bersama sisa-sisa pasukkannya. Ia menyerang dan merampas pos-pos kolonial sambil bergerak menuju Gayo melewati hutan belantara. Namun pada tanggal 24 Oktober 1910, Tjoet Meutia bersama pasukkannya bentrok dengan Marechausée di Alue Kurieng. Dalam pertempuran itu Tjoet Njak Meutia gugur.
6. I Gusti Ketut Pudja
I Gusti Ketut Pudja
19 Agustus 1945 – 1958
Terdapat di uang Rp. 1000 (Seribu Rupiah LOGAM).
Beliau adalah pahlawan nasional Indonesia. Ia ikut serta dalam perumusan negara Indonesia melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mewakili Sunda Kecil (saat ini Bali dan Nusa Tenggara).
I Gusti Ketut Pudja juga hadir dalam perumusan naskah teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Ia kemudian diangkat Soekarno sebagai Gubernur Sunda Kecil. Pada tahun 2011, I Gusti Ketut Pudja ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai pahlawan nasional bersama 6 orang lainnya.
7. T B Simatupang
T B Simatupang
29 Januari 1950 – 4 November 1953
Tahi Bonar Simatupang atau dikenal dengan T.B Simatupang.
Terdapat di uang Rp. 500 (Lima Ratus Rupiah LOGAM). Beliau adalah seorang tokoh militer dan Gereja di Indonesia. TB. Simatupang pernah ditunjuk oleh Presiden Soekarno sebagai Kepala Staf Angkatan Perang Republik Indonesia (KASAP) setelah Panglima Besar Jenderal Soedirman wafat pada tahun 1950. Ia menjadi KASAP hingga tahun 1953. Jabatan KASAP secara hirarki organisasi pada waktu itu berada di atas Kepala Staf Angkatan Darat, Kepala Staf Angkatan Laut, Kepala Staf Angkatan Udara dan berada di bawah tanggung jawab Menteri Pertahanan.
8. Herman Johanes
Herman Johanes
6 September 1950 – 27 April 1951
Prof. Dr. Ir. Herman Johanes atau dikenal akrab sebagai Herman Johanes.
Terdapat di uang Rp. 100 (Seratus Rupiah LOGAM). Beliau adalah cendekiawan, politikus, ilmuwan Indonesia, guru besar Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Pahlawan Nasional Indonesia. Ia pernah menjabat Rektor UGM (1961-1966), Koordinator Perguruan Tinggi (Koperti) tahun 1966-1979, anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) RI (1968-1978), dan Menteri Pekerjaan Umum (1950-1951).
Source : KasKus
Financo
gerusanPhortozKomentimet (1)
Pertamax